Laba kinclong dari jasa binatu kiloan

Laba kinclong dari jasa binatu kiloan




JAKARTA. Jasa binatu alias laundry sudah jadi salah satu kebutuhan masyarakat, terutama di perkotaan. Pasalnya, mereka tidak punya cukup waktu untuk mengurusi kebersihan pakaian. Ini memacu banyak usaha laundry bermunculan, termasuk yang menawarkan kemitraan.

Salah satunya, Oemah Kucek Laundry di Bekasi. Usaha ini dirintis Andhika Kurnia sejak 2008 silam. Ia menawarkan jasa cuci kiloan, dengan tarif murah. "Tarif kami di bawah kompetitor. Kalau yang lain di sekitar sini patok tarif Rp 6.500 per kilogram (kg), sedangkan kami Rp 5.000 per kg, " klaim Dhika, sapaan akrabnya.

Dhika menggunakan deterjen hasil racikan sendiri. Ini menjadi salah satu keunggulan usahanya. Menurutnya, deterjen tersebut mampu membersihkan pakaian jenis apapun, termasuk jaket kulit.

Agar cepat berkembang, ia menawarkan kemitraan sejak pertengahan tahun ini. Kini, sudah ada delapan gerai Oemah Kucek Laundry yang tersebar di sekitar Jabodetabek. Dua gerai punya pusat, dan sisanya milik mitra.

Dhika menyiapkan tiga paket kemitraan. Paket A senilai Rp 55 juta, Paket B seharga Rp 44 juta, dan Paket C dengan investasi Rp 33 juta. Perbedaan ketiga paket itu pada jumlah peralatan yang didapat. Sebagai gambaran, pada paket A, calon mitra mendapat tiga mesin cuci kapasitas 7 kg, dua unit pengering ukuran 10,5 kg, dan tiga unit seterika.

Janji laba bersih 80%

Mengacu gerai yang sudah beroperasi, mitra bisa meraih omzet hingga Rp 36 juta per  bulan. Apabila, bisa mengantongi keuntungan bersih hingga 80%, mitra bisa balik modal sekitar tiga bulan.

Pihak pusat memungut biaya royalti sebesar 8% dari omzet bulanan mitra. Biaya royalti tersebut akan digunakan sebagai biaya pemasaran gerai Oemah Kucek Laundry.

Mitra juga wajib beli deterjen dari pusat. Kata Dhika, porsi pembelian bahan baku ini hanya 10% dari total omzet bulanan. "Biaya paling tinggi untuk bayar listrik, minimal Rp 1 juta per bulan," paparnya.

Ia menargetkan, hingga akhir tahun ini, bisa memiliki total 40 gerai, terutama gerai kepunyaan mitra. Untuk mencapai target itu, Dhika rajin mengikuti pameran, seperti pameran waralaba yang digelar akhir bulan lalu di Balai Kartini, Jakarta "Setidaknya, kami harus mencapai 80% dari target penambahan gerai pada pameran tersebut," ujarnya.

Pengamat waralaba Khoerussalim Ikhsan bilang, target omzet sekitar Rp 36 juta per bulan bisa saja dicapai gerai milik pusat, karena sudah berdiri lima tahun. "Tapi, kalau untuk gerai mitra yang baru beroperasi, target itu terlalu optimistis," paparnya.

Ia menambahkan, paling hebat, gerai mitra yang baru hanya bisa meraup omzet Rp 15 juta per bulan. Mitra butuh waktu sekitar tiga tahun, jika ingin menyamai omzet yang diraih gerai milik pusat. "Untuk mencapai itu, perlu dukungan promosi yang gencar dan konsisten," imbuh Khoerussalim. 
Editor: Dupla

Sumber:Kontan
Share this article :
 

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Waralaba@ - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger